Pages

Jumat, 26 April 2013

tragedi 30 S PKI



Pada bulan September 1965 Ketua CC PKI D.D. Aidit memerintahkan Syam Kamaruzaman pimpinan  Biro Khusus  u8ntuk menyusun suatu rencana pemberontakan. Syam Kamaruzaman mengadakan rapat sebanyak 18 kali dengan Pono dan Waluyo anggota pimpinan Biro Khusus Pusat. Kepala Biro Khusus Daerah dan oknum oknum TNI binaan PKI.
               Kesimpulan rapat gerakan ini harus dibantu dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Daalam rapat dengan oknum oknum TNI dibahas masalah pelaksanaan meliputi personil ogistik,pembagian tugas,pembagian sektor dan sasaran gerakan  serta konsep “Dewan Revolusi”. Razpat terakhir memutuswkan gerakan diberi nama “ Gerakan 30 September”. Hari H dan Jam. J adalah 1 Oktober 1965 dini hari. Sasasaran utama menculik para pejabat teras TNI-AD.
              Untuk persiapan melancarkan pemberontakan PKI mengadakan latihan kemeliteran bagi para anggotanya. Dalih dipakai melatih para sukarelawan dalam rangka konfrontasi terhadap Malaysia. PKI menuntut agar pemerintah membentuk Angkatan kelima dengan mempersenjatai buruh dan tani. Anggota anggota dilatih berjumlah lebih kurang 3.700 orang terdiri dari Pemuda Rakyat (PR), Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dan organisasi massa PKI lainnya di Lubang Buaya. Selain di Lubvang Buaya, latihan juga diadakan di Rawa Binong sekitar 2 Km dari Lubang Buaya. Latihan ini dipimpin oknum TNI binaan PKI.
PENCULIKAN MEN/PANGAD LETJEN TNI-AD A.YANI 1 OKTOBER 1965 :
              Pukul 02.30 tanggal 1 Oktober 1965 pasukan penculik G.30.S/PKI sudah berkumpul diLubang Buaya. Pasukan dengan nama Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief. Pasukan penculik Men/Pangad Letjen TNI-AD A.Yani memakai seragam Cakrabirawa tiba disasaran pukul 04.00 dan berhasil melucuti regu pengawal. Mereka memasuki dan bertemu dengan putera Jenderal A.Yani.
              Para penculik menyuruh anak tersebut untuk membangunkan ayahnua. Jenderal A.Yani keluar dari kamar dengan berpakaian piyama. Salah seorang penculik mengatakan bahwa Bapak diminta segera menghadap Presiden. Beliau akan mandi dan berpakaian dulu. Saalah seorang anggota penculik mengatakan tidak perlu mandi dan mencuci mukapun tidak dibolehkan.
              Melihat sikap yang kurang ajar iru, Jenderal A.Yani marah dan menampar oknum tersebut. Beliau berbalik dan menutup pintu>ketika itulah Jenderal A.Yani diberondong derngan senjata Thomson dan gugur seketika. Kemudian tubuh Jenderal A.Yani yang berlumuran darah diseret keluar rumah dan dilemparkan keatas truk, langsung dibawa ke Lubang Buaya, kawasan Pondok Gede.
             Dini hari tanggal 1 Oktober 1965 gerombolan G.30.S/PKI selain menculik Jenderal TNI-AD A.Yani, juga menculik 5 pejabat teras TNI-AD lainnya, serta 1 orang perwira TNI-AD  seperti : 1. Mayjen TNI-AD MT Haryono. 2. Mayjen TNI-AD R Soeprapto.3. Mayjen TNI-AD S.Parman. 4. Brgijen TNI-AD DI Panajaitan. 5. Brigjen TNI-AD Soetoyo Siswomiharjo dan nomor 6. Lettu Pierre Andries Tendean (Ajudan Jenderal AH.Nasution).
             Di Lubang Buaya para Jenderal TNI-AD dan perwira utama TNI-AD tubuh mereka dirusak, dengan benda benda tumpul dan senjata tajam, yang masih hidup disiksa, satu demi satu kepala mereka ditembak. Selesai disiksa para korban dilemparkan kedalam sumur tua yang sempit. Penyiksaan dan pembunuhan itu dilakukan oleh Pemuda Rakayat (PR) dan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani).
           Selanjutnya sumur tua dengan kedalaman sekitar 12 meter dan berdiameter 75 cm, gerombolan G.30.S/PKI menutup sumur tua dengan timbunan batang batang pisang, sampah secara berselang seling beberapa kali dan terakhir sumur tua tersebut ditutup der4ngan tanah diatasnya.. Sebagai tipuan mereka menggali lubang lubang sehingga dapat menyesatkan bagi orang orang yang akan mencari jenazah ketujuh perwira TNI-AD tersebut.
           Panglima Kostrad Mayjen TNI-AD Soeharto mengeluarkan periuntah untuk segera mengamankan lapangan Udara Halim Perdana Kesuma, mengingat kekuatan gerombolan G.39.S/PKI berpusat dipangkalan tersebut. Pasukan yang akan melaksanakan tugas pengamanan terdiri atas : 1. Yon RPKAD, 1 YON PARA Kujang Siliwangi  diperkuat 1 Kompi panbser.Pasukan bergerak pukul.03.00 tanggal 2 Oktober 1965 dari Markas Kostrad menuju Lapangan Udara Hali Perdana Ke4sumah dari arah Timur. Tiba ditempat sasaran pukul 06.00 pagi tanggal 2 Oktober 1965. Lapangan Udara Halim Perdana Kesumah dijaga oleh Yon 454 / Diponegoro yang diperalat gerombolan G.30.S/PKI.
           Beberapa orang pasukan anggota RPKAD berhasil menyusup sampai ketempat parkir pesawat pesawat terbang, sedang anggota RPKAD lainnya sudah berada didepan pasukan Yon 454/Diponegoro. Dengan gerakan pendadakan, maka pasyukan RPKAD dan Kujang berhasil melumpuhkan pasukan Yon 454/Diponegoro. Pukul 06.10 Lapangan Udara Halim Perdana Kesuma berhasil dikuasai RPKAD dan Yon Para Kujang, sedang gerakan lainnya menguasai Lubang Buaya.

sumber:http://beritamonitor.com/?p=7716

Tidak ada komentar:

Posting Komentar